Senin, 24 Maret 2014

Aghnia Rahmaniar Putri
041211231020
Kelompok 4


Dimensi – Dimensi Struktur Organisasi


  • Kompleksitas
Diferensiasi Horizontal merujuk pada tingkat diferensiasi antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggotanya, sifat dari tugas yang mereka laksanakan, dan tingkat pendidikan serta pelatihannya. Semakin banyak jenis pekerjaan yang ada dalam organisasi yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang istimewa, semakin kompleks pula organisasi tersebut.
Diferensiasi Vetrikal merujuk pada kedalaman struktur. Diferensiasi vertikal sebaiknya diartikan sebagai tanggapan terhadap peningkatan diferensiasi horizontal. Jika spesialisasi meluas, maka koordinasi tugas makin dibutuhkan Organisasi dapat berbentuk tinggi dengan banyak lapisan hirarki atau mendatar dengan sedikit tingkatan. Faktor yang menentukan adalah rentang kendali. Retang kendali menetapkan jumlah bawahan yang dapat diatur dengan efektif oleh seorang manajer.
Diferensiasi Spasial organisasi dapat melakukan aktivitas yang sama dengan tingkat diferensiasi horizontal dan pengaturan hirarki yang sama diberbagai lokasi. Keberadaan berbagai lokasi meningkatkan kompleksitas. Elemen ketiga dalam kompleksitas adalah diferensiasi spasial, yang merujuk pada tingkat sejauh mana lokasi dari kantor, pabrik, dan personalia sebuah organisasi tersebar secara geografis. Struktur tinggi lebih kompleks dibandingkan yang datar. Oleh karena itu, organisasi tinggi yang berbagai tingkat kewenangannya tersebar secara geografis, lebih kompleks dari pada yang manajemennya secara fisik terkonsentrasi. Diferensiasi spasial memperhatikan jarak maupun jumlah.
Diferensiasi Horizontal dan Vertikal tetap sama pada unit-unit yang terpisah secara spasial, pemisahan secara fisik itu sendiri akan meningkatkan kompleksitas. Semakin kompleks organisasi, semakin besar kebutuhannya akan alat komunikasi, koordinasi, dan kontrol yang efektif. Jika kompleksitas menigkat maka demikian juga halnya dengan tuntutan terhadap manajemen untuk memastikan bahwa aktivitas yang didiferensiasi dan disebar bekerja dengan mulus dan secara bersama kearah pencapaian tujuan organisasi.


  • Formalisasi
Jangkauan formalisasi. Tingkat formalisasi dapat sangat berbeda diantara dan didalam organisasi. Pekerjaan yang tidak terampil adalah yang paling sempit yaitu yang paling sederhana dan yang paling berulang adalah yang paling cocok bagi tingkat formalisasi yang tinggi. Semakin besar profesionalisme sebuah pekerjaan, maka semaki kecil kemungkinan pekerjaan itu diformalisasi sengan tinggi. Formalisasi cenderung mempunyai hubungan yang berbanding terbalik  dengan tingkatan dalam organisasi. Jenis pekerjaan juga mempegaruhi tingkat formalisasi.
Teknik-Teknik Formalisasi.
  1. Seleksi. Para pelamar diproses melalui sejumlah rintangan yang dirancang untuk membedakan para individu yang mungkin dapat berprestasi dengan baik dari mereka yang mungkin tidak akan berhasil. Proses seleksi yang efektif dirancang untuk menentukan apakah calon pekerja cocok bagi organisasi. Dalam proses seleksi mencoba untuk menghindari dipekerjakannya orang-orang yang tidak dapat menerima norma-norma organisasi.
  2. Persyaratan Peran. Para individu didalam organisasi mempunyai peran. Setiap pekerjaan membawa serta harapan mengenai bagaimana si pemegang peran seharusnya berperilaku. Dengan melepas atau memperketat harapan mengenai peran, organisasi sebenarnya mengurangi atau memperketat tingkat formalisasi.
  3. Peraturan, Prosedur, dan Kebijaksanaan. Peraturan merupakan pernyataan eksplisit yang ditunjukkan kepada seorang pegawai tentang apa yang harus atau tidak boleh dilakukan. Prosedur adalah rangkaian langkah yang saling berhubungan satu sama lain secara sekuensial yang diikuti pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Kebijaksanaan adalah pedoman yang menetapkan hambatan terhadap pengambilan keputusan yang dibuat oleh para pegawai. Masing-masing merupakan teknik yang digunakan organisasi untuk mengatur perilaku para anggotanya.
  4. Pelatihan. Maksud pelatiahan adalah untuk memasukkan perilaku dan sikap kerja yang diinginkan kepada para pegawai.
  5. Ritual. Ritual digunakan sebagai teknik formalisasi terhadap para anggota yang diperkirakan akan mempunyai dampak yang kuat dan lama terhadap organisasi.
Jika pegawai melaksanakan tugas yang sempit, berulang, dan khusus, maka pekerjaan rutin mereka cenderung untuk distandardisasi dan sejumlah peraturan mengatur perilaku mereka.
  • Sentralisasi
Sentralisasi dapat dijelaskan secara lebih khusus sebagai jenjang kepada siapa kekuasaan formal untuk membuat pilihan-pilihan secara leluasa dikonsentrasikan kepada individu, unit, atau tingkatan organisasi, dengan demikian mengizinkan para pegawai untuk memberi masukan yang minimal kedalam pekerjaan mereka. Tingkat pengawasan yang dimiliki seseorang terhadap keseluruhan proses pengambilan keputusan itu sendiri merupakan ukuran sentralisasi.
Sentralisasi dan kompleksitan. Adanya hubungan yang berbanding terbalik antara sentralisasi dan kompleksitas. Desentralisasi dikaitkan dengan kompleksitas yang tinggi. Semakin besar sentralisasi keputusan tentang pekerjaan, maka semakin berkurang kemungkinannya para pegawai menjalani pelatihan profesional.
Sentralisasi dan formalisasi. Organisasi mempunyai baik formalisasi maupun desentralisasi yang tinggi. Formalisasi yang tinggi dapat ditemukan bersama-sama dengan struktur yang disentralisasi maupun yang didesentralisasi. Dengan pegawai-pegawai yang profesional pada sisi lain manajer dapat meramalkan adanya formalisasi maupun desentralisasi yang memadai. Sentralisasi dibatasi pada keputusan strategis ketimbang operasional, yang pertama mempunyai dapmpak yang kecil terhadap aktivitas kerja seorang profesional.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar