Yunita Dwi Setiowati/ 041211231068
Kelompok 8
Dimensi – Dimensi Struktur Organisasi
- Kompleksitas
Merujuk pada tingkat deferensiasi yang ada didalam sebuah organisasi. Diferensiasi horizontal mempertimbangkan tingkat pemisahan horizontal diantara unit-unit. Diferensiasi vertikal merujuk pada kedalaman hirarki organisasi. Diferensiasi spasial neliputi tingkat sejauh mana lokasi fasilitas dan para pegawai organisasi tersebut secara geografis.
Diferensiasi Horizontal merujuk pada tingkat diferensiasi antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggotanya, sifat dari tugas yang mereka laksanakan, dan tingkat pendidikan serta pelatihannya. Semakin banyak jenis pekerjaan yang ada dalam organisasi yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang istimewa, semakin kompleks pula organisasi tersebut. Orientasi yang berbeda beda akan lebih menyulitkan para anggota organisasi untuk berkomunikasi serta lebih sukar bagi manajemen utuk mengkoordinasi kegiatan mereka. Bukti paling nyata pada organisasi yang menekankan diferensiasi horizontal adalah spesialisasi dan departementalisasi. Spesialisasi merujuk pada pengelompokan aktivitas tertentu yang dilakukan satu individu. Bentuk spesialisasi yang paling dikenal adalah spesialisasi fungsional, dimana pekerjaan dipecah-pecah menjadi tugas yang sederhana dan berulang.
Diferensiasi Vetrikal merujuk pada kedalaman struktur. Diferensiasi vertikal sebaiknya diartikan sebagai tanggapan terhadap peningkatan diferensiasi horizontal. Jika spesialisasi meluas, maka koordinasi tugas makin dibutuhkan Organisasi dapat berbentuk tinggi dengan banyak lapisan hirarki atau mendatar dengan sedikit tingkatan. Faktor yang menentukan adalah rentang kendali. Retang kendali menetapkan jumlah bawahan yang dapat diatur dengan efektif oleh seorang manajer. Semakin tinggi rentangnya, akan semakin tinggi organisasinya. Disamping besaran organisasi, jenis pekerjaan dan karakteristik individu pemegang tugas akan membuat hubungan antara rentang kendali dan keefektifan organisasi menjadi moderat.
Diferensiasi Spasial. Organisasi dapat melakukan aktivitas yang sama dengan tingkat diferensiasi horizontal dan pengaturan hirarki yang sama diberbagai lokasi. Keberadaan berbagai lokasi meningkatkan kompleksitas. Elemen ketiga dalam kompleksitas adalah diferensiasi spasial, yang merujuk pada tingkat sejauh mana lokasi dari kantor, pabrik, dan personalia sebuah organisasi tersebar secara geografis. Struktur tinggi lebih kompleks dibandingkan yang datar. Oleh karena itu, organisasi tinggi yang berbagai tingkat kewenangannya tersebar secara geografis, lebih kompleks dari pada yang manajemennya secara fisik terkonsentrasi. Diferensiasi spasial memperhatikan jarak maupun jumlah.
Diferensiasi Horizontal dan Vertikal tetap sama pada unit-unit yang terpisah secara spasial, pemisahan secara fisik itu sendiri akan meningkatkan kompleksitas. Semakin kompleks organisasi, semakin besar kebutuhannya akan alat komunikasi, koordinasi, dan kontrol yang efektif. Jika kompleksitas menigkat maka demikian juga halnya dengan tuntutan terhadap manajemen untuk memastikan bahwa aktivitas yang didiferensiasi dan disebar bekerja dengan mulus dan secara bersama kearah pencapaian tujuan organisasi.
- Formalisasi
Formalisasi merujuk pada tingkat sejauh mana pekerjaan didalam orgasisasi itu distandardisasikan. Jika sebuah pekerjaan sangat diformalisasikan, maka pemegang pekerjaan itu hanya mempunyai sedikit kebebasan mengenai apa yang harus dikerjakan, bilamana mengerjakannya, dan bagaimana ia harus melakukannya. Jika formalisasi rendah, perilaku para pegawai relatif tidak terprogram. Formalisasi merupakan suatu ukuran tentang standardisasi. Semakin besar standardisasi, semakin sedikit pula jumlah masukan mengenai bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan oelh seorang pegawai. Formalisasi dapat eksplisit atau implisit yang belakangan termasuk catatan tertulis maupun presepsi pegawai.
Jangkauan formalisasi. Tingkat formalisasi dapat sangat berbeda diantara dan didalam organisasi. Pekerjaan yang tidak terampil adalah yang paling sempit yaitu yang paling sederhana dan yang paling berulang adalah yang paling cocok bagi tingkat formalisasi yang tinggi. Semakin besar profesionalisme sebuah pekerjaan, maka semaki kecil kemungkinan pekerjaan itu diformalisasi sengan tinggi. Formalisasi cenderung mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan tingkatan dalam organisasi. Jenis pekerjaan juga mempegaruhi tingkat formalisasi.
Organisasi menggunakan formalisasi karena keuntungan yang diperoleh dari pengaturan perilaku para pegawai. Standardisasi perilaku akan mengurangu keaneka ragaman. Penghematan yang diperoleh dari formalisasi juga tidak boleh diabaikan. Semakin besar formalisasi tersebut, semakin sedikit pula kebijaksanaan yang diminta dari pemegang jabatan.
Teknik-Teknik Formalisasi.
- Seleksi. Para pelamar diproses melalui sejumlah rintangan yang dirancang untuk membedakan para individu yang mungkin dapat berprestasi dengan baik dari mereka yang mungkin tidak akan berhasil. Proses seleksi yang efektif dirancang untuk menentukan apakah calon pekerja cocok bagi organisasi. Dalam proses seleksi mencoba untuk menghindari dipekerjakannya orang-orang yang tidak dapat menerima norma-norma organisasi.
- Persyaratan Peran. Para individu didalam organisasi mempunyai peran. Setiap pekerjaan membawa serta harapan mengenai bagaimana si pemegang peran seharusnya berperilaku. Dengan melepas atau memperketat harapan mengenai peran, organisasi sebenarnya mengurangi atau memperketat tingkat formalisasi.
- Peraturan, Prosedur, dan Kebijaksanaan. Peraturan merupakan pernyataan eksplisit yang ditunjukkan kepada seorang pegawai tentang apa yang harus atau tidak boleh dilakukan. Prosedur adalah rangkaian langkah yang saling berhubungan satu sama lain secara sekuensial yang diikuti pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Kebijaksanaan adalah pedoman yang menetapkan hambatan terhadap pengambilan keputusan yang dibuat oleh para pegawai. Masing-masing merupakan teknik yang digunakan organisasi untuk mengatur perilaku para anggotanya.
- Pelatihan. Maksud pelatiahan adalah untuk memasukkan perilaku dan sikap kerja yang diinginkan kepada para pegawai.
- Ritual. Ritual digunakan sebagai teknik formalisasi terhadap para anggota yang diperkirakan akan mempunyai dampak yang kuat dan lama terhadap organisasi.
Jika pegawai melaksanakan tugas yang sempit, berulang, dan khusus, maka pekerjaan rutin mereka cenderung untuk distandardisasi dan sejumlah peraturan mengatur perilaku mereka.
- Sentralisasi
Sentralisasi memperhatikan penyebaran kekuasaan untuk membuat keputusan dalam organisasi, bukam penyebaran secara geografis. Wewenang merujuk pada hak-hak formal yang melekat pada posisi manajerial untuk memberi perintah dan mengharapkan bahwa perintah tersebut dipatuhi. Banyak organisasi yang mendorong pengambilan keputusan kebawah yaitu ketingkat yang lebih rendah, tetapi dengan demikian para pengambil keputusan terikat pada kebijakan yang telah ditetapkan. Sentralisasi merujuk kepada konsentrasi pada suatu titik tunggal. Teknologi informasi yang maju memberi kesempatan untuk desentralisasi. Tetapi teknologi yang sama juga memberi kesempatan kepada manajer puncak untuk mempelajari dengan cepat konsekuensi dari setiap keputusan, dan untuk mengambil tindakan perbaikan jika keputusan tersebut tidak disukai oleh manajemen puncak. Manajer-manajer percaya kepada mereka yang berada dibawahnya untuk memberi informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan.
Sentralisasi dapat dijelaskan secara lebih khusus sebagai jenjang kepada siapa kekuasaan formal untuk membuat pilihan-pilihan secara leluasa dikonsentrasikan kepada individu, unit, atau tingkatan organisasi, dengan demikian mengizinkan para pegawai untuk memberi masukan yang minimal kedalam pekerjaan mereka. Tingkat pengawasan yang dimiliki seseorang terhadap keseluruhan proses pengambilan keputusan itu sendiri merupakan ukuran sentralisasi.
Sentralisasi dan kompleksitan. Adanya hubungan yang berbanding terbalik antara sentralisasi dan kompleksitas. Desentralisasi dikaitkan dengan kompleksitas yang tinggi. Semakin besar sentralisasi keputusan tentang pekerjaan, maka semakin berkurang kemungkinannya para pegawai menjalani pelatihan profesional.
Sentralisasi dan formalisasi. Organisasi mempunyai baik formalisasi maupun desentralisasi yang tinggi. Formalisasi yang tinggi dapat ditemukan bersama-sama dengan struktur yang disentralisasi maupun yang didesentralisasi. Dengan pegawai-pegawai yang profesional pada sisi lain manajer dapat meramalkan adanya formalisasi maupun desentralisasi yang memadai. Sentralisasi dibatasi pada keputusan strategis ketimbang operasional, yang pertama mempunyai dapmpak yang kecil terhadap aktivitas kerja seorang profesional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar