Senin, 17 Maret 2014



                                                                                               DATTA KUSUMA
041211233116

Kepuasan (Satisfaction)

Kepuasan sebagai kriteria efectivitas menunjuk kepada keberhasilan organisasi memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh para anggota dan juga kepuasan bagi para pemakai barang atau jasa yang dihasilkan. Organisasi adalah sistem sosial yang beranggotakan orang-orang. Setiap anggota berkeinginan dapat memenuhi sebagian kebutuhan hidup yang dirasakannya, misalnya kebutuhan akan materi (uang), prestise, dan hubungan sosial, melalui keterlibatannya dalam organisasi. Tingkat terpenuhi-tidaknya kebutuhan anggota dapat dilihat dari moral kerja dan sikap yang ditunjukkan terhadap organisasi. Oleh karena itu tingkat kepuasan dapat diukur antara lain dari besar kecilnya tingkat kemangkiran, tingkat ketidakhadiran, tingkat keluar masuk organisasi, dan semangat kerja yang ditunjukkan anggota.
Adaptasi (adaptiveness)

Kemampuan adaptasi íalah kesanggupan organisasi melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan keadaan. Penyebab dilakukannya perubahan dapat berasal dari luar (lingkungan) dan dapat pula dari dalam organisasi yang bersangkutan. Dibandingkan dengan kriteria terdahulu (produksi, efisiensi, dan kepuasan), konsep adaptasi lebih bersifat abstrak. Di samping itu adaptasi lebih merupakan kegiatan antara. Kondisi organisasi yang tidak produktif atau tidak efisien, atau tingkat kepuasan yang rendah, bisa jadi merupakan pertanda bahwa tindakan adaptasi perlu dilakukan. Karena adaptasi pada dasarnya merupakan respon terhadap situasi yang dihadapi, maka kegiatan tersebut baru nampak setelah situasinya menuntut untuk itu. Oleh karena itu kadang-kadang agak sulit mengukur tingkat kemampuan adaptasi  sebuah organisasi. Kriteria ini baru dapat digunakan apabila organisasi telah benar-benar menghadapi situasi yang menuntut penyesuaian. Semakin tingi frekuensi tingkat ketidakpastian situasi yang menuntut tindakan penyesuaian, semakin mudah melihat kemampuan organisasi dalam melakukan adaptasi. Dan jika dalam menghadapi situasi yang menuntut berbagai macam penyesuaian tersebut ternyata organisasi tanggap dan mampu melakukannya dengan baik sehingga organissi yang bersangkutan survive atau mungkin bahkan berkembang, maka disimpulkan bahwa kemampuan adaptasinya tinggi. Dengan kata lain, organisasi yang bersangkutan cukup efektif ditinjau dari kriteria kemampuan adaptasinya

Perkembangan (developmen).

 Pengembangan organisasi adalah kriteria yang menunjukkan kepada kemampuan organisasi untuk memandang jauh ke depan dan melakukan investasi dalam rangka mempertahankan hidup dan mengembangkan usaha  organisasi. Kriteria pengembangan lebih menekankan pada upaya organisasi dalam jangka panjang.
Untuk mencapai tingkat keefektifan yang tinggi dalam arti pengembangan organisasi, bisa jadi sejumlah kriteria yang lain berkurang keefektifannya. Sebagai contoh kita ambil sebuah kasus pada perusahaan televisi hitam putih, pada awal keberadaannya sangat efektif tetapi dalam perkembangannya dengan adanya ciptaan televisi berwarna yang mengakibatkan animo masyarakat lebih banyak menyukainya ketimbang televisi hitam putih, sehingga televisi hitam putih dianggap tidak efektif lagi
1.        2.      Berbagai Pendekatan dalam Pengukuran keefektifan Organisasi

Dalam melihat  keefektifan organisasi, Gibson (op-cit:27) menyajikan  dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: 1) pendekatan tujuan, dan 2) pendekatan teori sistem. Lubis dan Huseini (1987:p.56) mengemukakannya tiga pendekatan, yaitu: 1) pendekatan sasaran, 2) pendekatan proses, dan 3) pendekatan sumber. Masing-masing pendekatan tersebut dijelaskan berikut ini.
Pendekatan Tujuan (Goal Attainment)

Pendekatan tujuan merupakan pendekatan yang paling lazim digunakan untuk menilai dan melihat keefektifan organisasi. Keefektifan organisasi ditetapkan sebagai pencapaian tujuan akhir organisasi. Dan hampir semua definisi organisasi dalam kepustakaan dirumuskan bahwa pembentukan organisasi adalah dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan organisasi diukur dari kemampuan mencapai tujuan yang telah ditargetkan. Yang termasuk kriteria pencapaian tujuan yang populer adalah memaksimalkan keuntungan, memaksa musuh untuk menyerah, memenangkan pertandingan olahraga, membuat pasien menjadi sembuh, dan sebagainya.
Meskipun  pendekatan tujuan itu kelihatannya sederhana, mudah dan masuk akal, tetapi dalam kenyataannya sering juga dihadapkan sejumlah problem. E. Frank Harrison dalam Gibson (1993:p.28) disebutkan beberapa kesulitan yang dikenal secara luas yaitu:
1)      Pencapaian tujuan tidak dapat segera diukur pada organisasi yang tidak memproduksi barang-barang-barang yang berwujud (tangible outputs)
2)      Organisasi berusaha mencapai lebih dari satu tujuan dan tercapainya satu tujuan sering kali menghalangi atau mengurangi kemampuannya untuk mencapai tujuan yang lain.
3)      Adanya beberapa tujuan ”resmi” yang harus dicapai dan disepakati oleh semua anggota, adalah diragukan. Banyak ahli riset menyatakan kesulitan untuk mendapatkan persetujuan di antara para manajer mengenai tujuan khusus dari organisasi mereka.
Pendekatan teori sistem

Pendekatan sistem dalam pengukuran keefektifan organisasi berfokus bukan pada tujuan akhir tertentu, tetapi pada cara-cara yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan akhir itu. Pendekatan sistem memandang keefektifan organisasi sebagai kemampuan untuk memperoleh masukan, memproses tersebut, menyalurkan keluaran, dan mempertahankan stabilitas dan keseim-bangan di dalam sistem.
Dalam hubungannya dengan pendekatan sistem, Muhyadi (1989:289) memandang organisasi dengan dua penekanan, yaitu:
1)      Bahwa organisasi mutlak perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan.
2)      Bahwa secara intern organisasi harus memberikan perhatian cukup pada siklus input – proses – output
Berkenaan dengan itu maka keefektifan organisasi harus mencer-minkan dua hal di atas. Dengan jalan pikiran seperti itu maka sebuah organisasi dapat dikatakan efektif apabila memenuhi dua kriteria berikut:
1)      mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan
2)      mampu mengelola siklus input-proses-output dengan efisien
Pendekatan Sasaran (goal approach)

Pendekatan sasaran dalam pengukuran keefektifan organisasi dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Dengan demikian pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapinya.
Sasaran yang paling diperhatikan dalam pengukuran keefektifan dengan pendekatan ini adalah sasaran yang sebenarnya (operative goal). Pengukuran keefektifan dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya akan memberikan hasil yang lebih realistis dari pengukuran keefektifan berdasar-kan sasaran resmi (official goal), dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkan oleh beberapa hal berikut:
1)      Adanya macam-macam luaran (multiple outcomes)
2)      Adanya subyektivitas dalam penilaian
3)      Pengaruh perbedaan kontekstual
Pendekatan Sumber (system resources approach)
Pendekatan sumber mengukur keefektifan organisasi melalui keberhasilan dalam mendapatkan berbagai jenis sumber yang dibutuhkan untuk memelihara keandalan sistem organisasi agar bisa menjadi efektif. Sumber-sumber yang ada dalam lingkungan sering kali bersifat langka dan bernilai tinggi (mahal) sehingga keefektifan organisasi dapat dinyatakan sebagai keberhasilan dalam memanfaatkan lingkungannya untuk memperoleh berbagai jenis sumber yang bersifat langka, maupun yang nilainya tinggi itu. Secara sederhana, keefektifan organisasi seringkali diukur dengan jumlah ataupun kuantitas berbagai jenis sumber yang berhasil diperoleh dari lingkungannya sehingga ia tetap hidup. Secara lebih luas J. Barton Cunningham dalam Lubis Huseini (1987:p.61) mempergunakan beberapa dimensi untuk mengukur keefektifan organsasi dengan pendekatan sumber yaitu:
1.        Kemampuan organisasi untuk memanfaatkan lingkungan untuk memper-oleh berbagai jenis sumber yang bersifat langkah dan nilainya tinggi.
2.        Kemampuan para pengambil putusan dalam organisasi untuk menginterpre-tasikan sifat-sifat lingkungan secara tepat.
3.        Kemampuan organisasi untuk menghasilkan output tertentu dengan meng-gunakan sumber-sumber yang berhasil diperoleh
4.        Kemampuan organissi dalam memelihara kegiatan operasionalnya sehari-hari
5.        Kemampuan organisasi untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.

Pendekatan proses (internal  proces approach)
Pendekatan proses menganggap keefektifan organisasi sebagai efisiensi dan kondisi (kesehatan) dari organisasi internal. Pada organisasi yang efektif proses internal berjalan dengan lancar, karyawan bekerja dengan kegembiraan serta kepuasan yang tinggi, kegiatan masing-masing bagian terkoordinasi secara baik dengan produktivitas yang tinggi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan organisasi, dan memuastkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan organisasi.
Pendeekatan proses umumnya digunakan oleh penganut teori organisasi  neo klasik (human relation) yang terutama meneliti hubungan antara efektivitas dengan sumber daya manusia yang dimiliki organisasi.
J. Borton Cunningham (ibid) mengemukakan berbagai komponen yang dapat menunjukkan efektivitas organisasi adalah sebagai berikut:
1.        Perhatian atasan terhadap karyawan
2.        Semangat kerjasama dan loyalitas kelompok kerja
3.        Saling percaya dan komunikasi antara karyawan dengan manajer
4.        Desentralisasi dalam pengambilan putusan
5.        Adanya komunikasi vertikal dan horizontal yang lancar dalam organisasi
6.        Adanya usaha  dari setiap individu mupun keseluruhan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
7.        Adanya sistem imbalan yang merangsang manajer untuk mengusahakan terciptanya kelompok-kelompok kerja yang efektif serta performansi dan pengembangan karyawan
8.        Organisasi dan bagian-bagian bekerja sama secara baik, dan konflik yang terjadi selalu diselesaikan dengan acuan kepentingn organisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar