DATTA
KUSUMA
041211233116
Kepuasan
(Satisfaction)
Kepuasan
sebagai kriteria efectivitas menunjuk kepada keberhasilan organisasi memenuhi
kebutuhan yang dirasakan oleh para anggota dan juga kepuasan bagi para pemakai
barang atau jasa yang dihasilkan. Organisasi adalah sistem sosial yang
beranggotakan orang-orang. Setiap anggota berkeinginan dapat memenuhi sebagian
kebutuhan hidup yang dirasakannya, misalnya kebutuhan akan materi (uang),
prestise, dan hubungan sosial, melalui keterlibatannya dalam organisasi.
Tingkat terpenuhi-tidaknya kebutuhan anggota dapat dilihat dari moral kerja dan
sikap yang ditunjukkan terhadap organisasi. Oleh karena itu tingkat kepuasan
dapat diukur antara lain dari besar kecilnya tingkat kemangkiran, tingkat
ketidakhadiran, tingkat keluar masuk organisasi, dan semangat kerja yang
ditunjukkan anggota.
Adaptasi
(adaptiveness)
Kemampuan
adaptasi íalah kesanggupan organisasi melakukan perubahan sesuai dengan
tuntutan keadaan. Penyebab dilakukannya perubahan dapat berasal dari luar
(lingkungan) dan dapat pula dari dalam organisasi yang bersangkutan.
Dibandingkan dengan kriteria terdahulu (produksi, efisiensi, dan kepuasan),
konsep adaptasi lebih bersifat abstrak. Di samping itu adaptasi lebih merupakan
kegiatan antara. Kondisi
organisasi yang tidak produktif atau tidak efisien, atau tingkat kepuasan yang
rendah, bisa jadi merupakan pertanda bahwa tindakan adaptasi perlu dilakukan.
Karena adaptasi pada dasarnya merupakan respon terhadap situasi yang dihadapi,
maka kegiatan tersebut baru nampak setelah situasinya menuntut untuk itu. Oleh
karena itu kadang-kadang agak sulit mengukur tingkat kemampuan adaptasi
sebuah organisasi. Kriteria ini baru dapat digunakan apabila organisasi telah
benar-benar menghadapi situasi yang menuntut penyesuaian. Semakin tingi frekuensi
tingkat ketidakpastian situasi yang menuntut tindakan penyesuaian, semakin
mudah melihat kemampuan organisasi dalam melakukan adaptasi. Dan jika dalam
menghadapi situasi yang menuntut berbagai macam penyesuaian tersebut ternyata
organisasi tanggap dan mampu melakukannya dengan baik sehingga organissi yang
bersangkutan survive atau mungkin
bahkan berkembang, maka disimpulkan bahwa kemampuan adaptasinya tinggi. Dengan
kata lain, organisasi yang bersangkutan cukup efektif ditinjau dari kriteria
kemampuan adaptasinya
Perkembangan
(developmen).
Pengembangan
organisasi adalah kriteria yang menunjukkan kepada kemampuan organisasi untuk
memandang jauh ke depan dan melakukan investasi dalam rangka mempertahankan
hidup dan mengembangkan usaha organisasi. Kriteria
pengembangan lebih menekankan pada upaya organisasi dalam jangka panjang.
Untuk
mencapai tingkat keefektifan yang tinggi dalam arti pengembangan organisasi,
bisa jadi sejumlah kriteria yang lain berkurang keefektifannya. Sebagai contoh
kita ambil sebuah kasus pada perusahaan televisi hitam putih, pada awal
keberadaannya sangat efektif tetapi dalam perkembangannya dengan adanya ciptaan
televisi berwarna yang mengakibatkan animo masyarakat lebih banyak menyukainya
ketimbang televisi hitam putih, sehingga televisi hitam putih dianggap tidak
efektif lagi
1.
2. Berbagai
Pendekatan dalam Pengukuran keefektifan Organisasi
Dalam
melihat keefektifan organisasi, Gibson (op-cit:27) menyajikan dua
pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: 1) pendekatan tujuan, dan 2) pendekatan
teori sistem. Lubis dan Huseini (1987:p.56) mengemukakannya tiga pendekatan,
yaitu: 1) pendekatan sasaran, 2) pendekatan proses, dan 3) pendekatan sumber.
Masing-masing pendekatan tersebut dijelaskan berikut ini.
Pendekatan
Tujuan (Goal Attainment)
Pendekatan
tujuan merupakan pendekatan yang paling lazim digunakan untuk menilai dan
melihat keefektifan organisasi. Keefektifan organisasi ditetapkan sebagai
pencapaian tujuan akhir organisasi. Dan hampir semua definisi organisasi dalam
kepustakaan dirumuskan bahwa pembentukan organisasi adalah dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan organisasi
diukur dari kemampuan mencapai tujuan yang telah ditargetkan. Yang termasuk
kriteria pencapaian tujuan yang populer adalah memaksimalkan keuntungan,
memaksa musuh untuk menyerah, memenangkan pertandingan olahraga, membuat pasien
menjadi sembuh, dan sebagainya.
Meskipun
pendekatan tujuan itu kelihatannya sederhana, mudah dan masuk akal, tetapi
dalam kenyataannya sering juga dihadapkan sejumlah problem. E. Frank Harrison
dalam Gibson (1993:p.28) disebutkan beberapa kesulitan yang dikenal secara luas
yaitu:
1)
Pencapaian tujuan tidak dapat segera diukur pada organisasi yang tidak
memproduksi barang-barang-barang yang berwujud (tangible outputs)
2)
Organisasi berusaha mencapai lebih dari satu tujuan dan tercapainya satu tujuan
sering kali menghalangi atau mengurangi kemampuannya untuk mencapai tujuan yang
lain.
3)
Adanya beberapa tujuan ”resmi” yang harus dicapai dan disepakati oleh semua
anggota, adalah diragukan. Banyak ahli riset menyatakan kesulitan untuk
mendapatkan persetujuan di antara para manajer mengenai tujuan khusus dari
organisasi mereka.
Pendekatan teori sistem
Pendekatan
sistem dalam pengukuran keefektifan organisasi berfokus bukan pada tujuan akhir
tertentu, tetapi pada cara-cara yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan akhir
itu. Pendekatan sistem memandang keefektifan organisasi sebagai kemampuan untuk
memperoleh masukan, memproses tersebut, menyalurkan keluaran, dan
mempertahankan stabilitas dan keseim-bangan di dalam sistem.
Dalam
hubungannya dengan pendekatan sistem, Muhyadi (1989:289) memandang organisasi
dengan dua penekanan, yaitu:
1)
Bahwa organisasi mutlak perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan.
2)
Bahwa secara intern organisasi harus memberikan perhatian cukup pada siklus input – proses – output
Berkenaan
dengan itu maka keefektifan organisasi harus mencer-minkan dua hal di atas.
Dengan jalan pikiran seperti itu maka sebuah organisasi dapat dikatakan efektif
apabila memenuhi dua kriteria berikut:
1)
mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan
2)
mampu mengelola siklus input-proses-output dengan
efisien
Pendekatan
Sasaran (goal approach)
Pendekatan
sasaran dalam pengukuran keefektifan organisasi dimulai dengan identifikasi
sasaran organisasi dan mengukur tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai
sasaran tersebut. Dengan demikian pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana
organisasi berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapinya.
Sasaran yang paling
diperhatikan dalam pengukuran keefektifan dengan pendekatan ini adalah sasaran
yang sebenarnya (operative goal).
Pengukuran keefektifan dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya akan memberikan
hasil yang lebih realistis dari pengukuran keefektifan berdasar-kan sasaran
resmi (official goal), dengan
memperhatikan permasalahan yang ditimbulkan oleh beberapa hal berikut:
1)
Adanya macam-macam luaran (multiple outcomes)
2)
Adanya subyektivitas dalam penilaian
3)
Pengaruh perbedaan kontekstual
Pendekatan Sumber (system resources approach)
Pendekatan
sumber mengukur keefektifan organisasi melalui keberhasilan dalam mendapatkan
berbagai jenis sumber yang dibutuhkan untuk memelihara keandalan sistem
organisasi agar bisa menjadi efektif. Sumber-sumber yang ada dalam lingkungan
sering kali bersifat langka dan bernilai tinggi (mahal) sehingga keefektifan
organisasi dapat dinyatakan sebagai keberhasilan dalam memanfaatkan
lingkungannya untuk memperoleh berbagai jenis sumber yang bersifat langka,
maupun yang nilainya tinggi itu. Secara sederhana, keefektifan organisasi
seringkali diukur dengan jumlah ataupun kuantitas berbagai jenis sumber yang
berhasil diperoleh dari lingkungannya sehingga ia tetap hidup. Secara lebih
luas J. Barton Cunningham dalam Lubis Huseini (1987:p.61) mempergunakan
beberapa dimensi untuk mengukur keefektifan organsasi dengan pendekatan sumber
yaitu:
1.
Kemampuan organisasi untuk memanfaatkan lingkungan untuk memper-oleh
berbagai jenis sumber yang bersifat langkah dan nilainya tinggi.
2.
Kemampuan para pengambil putusan dalam organisasi untuk
menginterpre-tasikan sifat-sifat lingkungan secara tepat.
3.
Kemampuan organisasi untuk menghasilkan output tertentu dengan
meng-gunakan sumber-sumber yang berhasil diperoleh
4.
Kemampuan organissi dalam memelihara kegiatan operasionalnya sehari-hari
5.
Kemampuan organisasi untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan.
Pendekatan proses (internal proces approach)
Pendekatan
proses menganggap keefektifan organisasi sebagai efisiensi dan kondisi
(kesehatan) dari organisasi internal. Pada organisasi yang efektif proses
internal berjalan dengan lancar, karyawan bekerja dengan kegembiraan serta
kepuasan yang tinggi, kegiatan masing-masing bagian terkoordinasi secara baik
dengan produktivitas yang tinggi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan
organisasi, dan memuastkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap
sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi, yang menggambarkan tingkat
efisiensi serta kesehatan organisasi.
Pendeekatan
proses umumnya digunakan oleh penganut teori organisasi neo klasik (human
relation) yang terutama meneliti hubungan antara efektivitas dengan sumber daya
manusia yang dimiliki organisasi.
J. Borton
Cunningham (ibid) mengemukakan berbagai komponen yang dapat menunjukkan
efektivitas organisasi adalah sebagai berikut:
1.
Perhatian atasan terhadap karyawan
2.
Semangat kerjasama dan loyalitas kelompok kerja
3.
Saling percaya dan komunikasi antara karyawan dengan manajer
4.
Desentralisasi dalam pengambilan putusan
5.
Adanya komunikasi vertikal dan horizontal yang lancar dalam organisasi
6.
Adanya usaha dari setiap individu mupun keseluruhan organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
7.
Adanya sistem imbalan yang merangsang manajer untuk mengusahakan
terciptanya kelompok-kelompok kerja yang efektif serta performansi dan
pengembangan karyawan
8.
Organisasi dan bagian-bagian bekerja sama secara baik, dan konflik yang
terjadi selalu diselesaikan dengan acuan kepentingn organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar