TEORI ORGANISASI:
KEEFEKTIFAN ORGANISASI
Donna Vanny Aramintha
041112068
Kelas J
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga
2014
Pengertian keefektifan organisasi
Menurut Soekarno K. (1986:42) efektif adalah pencapaian tujuan atau
hasil dikehendaki tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, biaya,
fikiran alat dan lain-alat yang telah dikeluarkan/ digunakan. Hal ini
berarti bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah
semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki. Jadi pengertian
efektivitas kinerja organisasi adalah pencapaian tujuan atau hasil yang
dilakukan dikerjakan oleh setiap individu secara bersama-sama.
Berdasarkan kajian historis tentang perkembangan konsep keefektifan
organisasi dapat dilihat pada awalnya sekitar tahun 1950-an, dimana
keefektifan diartikan secara sederhana sebagai sejauh mana sebuah
organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya.
Keefektifan organisasi dapat didefinisikan sebagai tingkatan pencapaian
organisasi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Pendekatan-pendekatan keefektifan organisasi
- Pendekatan Pencapaian Tujuan (goal attainment approach)
Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah
kesatuan yang dibuat dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh
karena itu, pencapaian tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang
tepat tentang keefektifan. Namun demikian agar pencapaian tujuan bisa
menjadi ukuran yang sah dalam mengukur keefektifan organisasi,
asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan. Pertama, organisasi harus
mempunyai tujuan akhir. Kedua, tujuan-tujuan tersebut harus
diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti. Ketiga,
tujuan-tujuan tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola. Keempat,
harus ada consensus atau kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan
tersebut.
Beberapa permasalahan dalam pendekatan ini antara lain adalah :
- Apa yang dinyatakan secara resmi oleh sebuah organisasi sebagai suatu tujuan tidak selalu mencerminkan tujuan yang sebenarnya.
- Tujuan jangkan pendek sering kali berbeda dengan tujuan jangka panjangnya.
3. Organisasi yang memiliki tujuan majemuk akan menciptakan kesulitan.
- Pendekatan Sistem (system approach)
Pendekatan system terhadap efektifitas organisasi mengimplikasikan
bahwa organisasi terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan.
Jika slah satu sub bagian ini mempunyai performa yang buruk, maka akan
timbul dampak yang negative terhadap performa keseluruhan system.
Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan
konstituensi lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam
mempertahankan hubungan yang baik dengan para pelanggan, pemasok,
lembaga pemerintahan, serikat buruh, dan konstituensi sejenis yang
mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi organisasi yang stabil.
Kekurangan yang paling menonjol dari pendekatan system adalah
hubungannya dengan pengukuran dan masalah apakah cara-cara itu memang
benar-benar penting. Keunggulan akhir dari pendekatan system adalah
kemampuannya untuk diaplikasikan jika tujuan akhir sangat samara atau
tidak dapat diukur.
- Pendekatan Konstituen-Strategis (strategic-constituencies approach)
Pendekatan konstituensi-strategis memandang organisasi secara berbeda.
Organisasi diasumsikan sebagai arena politik tempat kelompok-kelompok
yang berkepentingan bersaing untuk mengendalikan sumber daya. Dalam
konteks ini, keefektifan organisasi menjadi sebuah penilaian tentang
sejauh mana keberhasilan sebuah organisasi dalam memenuhi tuntutan
konstituensi kritisnya yaitu pihak-pihak yang menjadi tempat bergantung
organisasi tersebut untuk kelangsungan hidupnya di masa depan.
Kekurangan dari pendekatan ini adalah dalam praktik, tugas untuk
memisahkan konstituensi strategis dari lingkungan yang lebih besar mudah
untuk diucapkan, tetapi sukar untuk dilaksanakan. Karena lingkungan
berubah dengan cepat, apa yang kemarin kritis bagi organisasi mungkin
tidak lagi untuk hari ini. Dengan mengoperasikan pendekatan konstituensi
strategis, para manajer mengurangi kemungkinan bahwa mereka mungkin
mengabaikan atau sangat mengganggu sebuah kelompok yang kekuasaannya
dapat menghambat kegiatan-kegiatan sebuah organisasi secara nyata.
- Pendekatan Pemangku Kepentingan
Pendekatan Stakeholder(s) menekankan pada kepuasan konstituen dalam
suatu lingkungan. Dalam hal ini, yang dimaksud konstituen antara lain
pemasok, pelanggan, pemilik, karyawan, pemegang saham, dst
- Pendekatan Balance Scorecard
Pendekatan ini dikemukakan oleh Kaplan dan Norton (1978) menekankan
pada empat perspektif yang saling berimbang dan diturunkan sampai pada
level divisi, unit bahkan individu. Keempat perspektif tersebut meliputi
:
- Perspektif finansial mengukur antara revenue, profit, market share;
- Perspektif customer, mengukur kepuasan pelanggan (seperti index kepuasan pelanggan)
3. Perspektif internal business process mengukur produktivitas, antara lain diukur berdasarkan input/output, dan angka reject;
4. Perspektif learning dan growth mengukur antara lain peningkatan kompetensi karyawan dan peningkatan motivasi karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar