Tugas Resume
“Evolusi Teori Organisasi”
Nama :
DEWI ANISA RACHMAN (041211233177)
KELAS : J
S-1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2014
EVOLUSI TEORI ORGANISASI
- Pendahuluan
Teori
organisasi yang ada pada sekarang ini merupakan hasil dari sebuah
proses evolusi. Selama beberapa dekade akademisi dan praktisi dari
berbagai latar belakang telah mengkaji organisasi-organisasi. Tema utama
dari penilaian kembali ini adalah bahwa organisasi-organisasi yang ada
pada saat ini mencerminkan suatu pola perkembangan yang kumulatif.
Berbagai teori di perkenalkan, dievaluaasi, dan diperbaiki dari waktu ke
waktu.
- Kerangka kerja
Ada
dua dimensi dasar didalam evolusi teori organisasi, dan setiap dimensi
mempunyai perspektif yang saling bertentangan. Dimensi pertama
merefleksikan bahwa organisasi itu adalah sistem. Sebelum kurang lebih
tahun 1960, teori organisasi cenderung didomonasi oleh perspektif
tertutup. Organisasi-organisasi dipandang berdiri sendiri dan tertutup
dari lingkungannya. Akan tetapi mulai sekitar tahun 1960, teori
organisasi secara jelas mulai menerima perspektif sistem terbuka.
Analisis-analisis yang sebelumnya hanya berfokus kepada karakteristik
intern dari organisasi, kemudian berubah menjadi pendekatan yang
menekenken pentingnya organisasi memperhatikan peristiwa dan proses yang
terjadi di lingkungan ekstern.
Dimensi
yang kedua berhhubungan dengan hasil-hasil akhir dari struktur
organisasi. Perspektif rasional menyatakan bahwa struktur organisasi
dinyatakan dirasakan sebagai alat untuk mencapai tujuan – tujuan khusus
secara efektif. Sebaliknya, perspektif sosial menekankan bahwa strujtur
adalah hasil utama dari kekuaatan-kekuatan yang saling bertentangan dari
para pengikut organisasi yang mencari kekuasaan dan kendali.
Tabel 1.1 evolusi teori organisasi kontemporer
Pendekatan-pendekatan
awalthd teori organisasi pada abad ini menganggap organisasi sebagai
alat mekanis untuk mencapai tujuan. Seperti yang diperlihatkan oleh
United parcel service (UPS) perhatian dipusatkan pada pencapaian
efisiensi didalam fungsi-fungsi intern organisasi. Istilah ini disebut
toritikus tipe 1.
- Teori Klasik Organisasi (tipe 1)
Teori
manajemen klasik dirumuskan oleh: Praktisi (Taylor & Fayol) &
Sosiolog (Weber). Hal-hal yang menjadi kata kunci mereka dalam
mengemukakan teori ini ialah : efisiensi, rasionalitas, kontrol,
pertentangan antara pemilik dan tenaga kerja. Akhirnya, mereka mampu
mengembangkan prinsip atau model universal yang dapat digunakan pada
semua keadaan.
1. Frederick taylor dan scientific manajemen
F.W.
Taylor (1856-1915) adalah seorang insinyur mesin pada perusahaan baja
di Pennsylvania. Ia mendapatkan gelar Principal of Scientific Management
pada tahun 1911. Dalam bekerja, ia dipengaruhi oleh etika Protestan
yakni kerja keras, rasionalitas, ekonomi, dan individualisme.
Frederic
mengusulkan empat prinsip scientific management yang menurutnya akan
menghasilkan kenaikan yang berarti dalam produktifitas :
- penggantian metode kira-kira untuk menentukan setiap elemen daari pekerjaan seorang pekerja yang ditentukan secara ilmiah.
- seleksi dan pelatihan pekerja secara ilmiah.
- kerjasama antara manajemen dan buruh untuk menyelesaikan tujuan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan ilmiah dan
- pembagian yang lebih merata diantara para manajer dan para pekerja.
Jika ditinjau kembali, kita mengakui bahwa Taylor menawarkan fokus
yang terbatas mengenai organisasi. Namun demikian, usaha Taylor ini
mampu mempengaruhi perindustrian Amerika Serikat dan sebagian
besar Eropa.
2. Henry fayol dan prinsip organisasi
Fayol
adalah seorang manajer perusahaan di Perancis. Teori yang dikemukakan
oleh Henry Fayol ini, beranjak dari pengalamannya yang telah
bertahun-tahun sebagai praktisi eksekutif di perusahaannya
Fayol
mencoba menggambarkan prinsip-prinsip umum yang dapat diaplikasikan
pada semua manajer dari semua tingkatan organisasi dan menjelaskan
fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh semua manajer. Fayol mengusulkan
empat belas prinsip yang menurutnya dapat digunakan secara universal :
- Pembagian kerja prinsip ini sama dengan “pembagian kerja” adam smith. Spesialisasi menambah hasil kerja dengan caara membuat para pekerja lebih efisien.
- Wewenang manajer harus dapat memberi perintah. Wewenang memberikan hak ini kepadanya. Tetapi wewenang berjalan seiring tanggung jawab, jika wewenang digunakan, timbuulah tanggung jawab.
- Disiplin, para pegawai harus menghormati dan menghargai peraturan yang mengatur organisasi. Displin yang baik merupakan hasil kepemimpinan yang efektif, suatu saling pengertian yang jelas antara manajemen dan para pekerja tentang pengaturan organosasi serta penerapan hukum yang adil bagi yang menyimpang dari peraturan tersebut.
- Kesatuan komando, pegawai seharusnya menerima perintah hanya darai seorang atasan.
- Kesatuan arah, setiap kelompok aktifitas organisasi yang mempunyai tujuan yang sama harus dipimpin oleh seorang manajer dengan menggunakan sebuah rencana.
- Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan individu, kepentingan seorang pegawai atau seorang kelompok, pegawai tidak boleh mendahulukan kepentingan organisasi keseluruhan.
- Remunerasi, bekerja sesuai dengan jasa yang mereka berikan.
- Sentralisasi, ini merujuk kepada sejauhmana para bawahan terlibat dalam pengambilan keputusan. Apakah pengembalian keputusan itu disentralisasi (pada manajemen) atau disentralisasi (pada para bawahan) adalah masalah proporsi yang tepat.
- Rantai skalar, garis wewenang dari manajemen puncak sampai ketingkat paling rendah merupakan rantai skalar komunitas yang mengikuti rantai ini. Tetapi, jika dengan mengikuti rantai tersebut malah tercipta komunitas silang dapat diijinkan bila disetujui semua pihak.
- Tata tertib, orang dan bahan harus ditempatkan pada tempat dan waktu yang tepat.
- Keadilan, manajer harus selalu baik dan jujur kepada bawahan.
- Stabilitas masa pekerja para pegawai, perputaran (turn over) pegawai yang tinggi adalah tidak efisien. M anajemen harus menyediakan perencanaan personalia yang teratur dan memastikan bahwa untuk mengisi kekosongan harus selalu ada pengganti
- Inisiatif, pegawai yang diijinkan menciptakan dan melaksanakan rencana-rencana harus berusaha keras.
- Esprit de corps, mendorong team spirit akan membangun keselarasan dan persatuan dalam organisasi.
3. Max weber dan birokrasi
Kontribusi
yang ketiga yang dibuat oleh para teoritikus tipe 1 adalah struktur
organisasi “tipe ideal“. Weber mengembangkan sebuah model struktural
yang ia katakan sebagai alat yang paling efisien bagi
organisasi-organisasi tujuannya. Ia menyebut struktural ideal ini
sebagai birokrasi. Birokrasi adalah model yg paling efisien dan efektif
untuk organisasi yg mempunyai tingkat kompleksitas tinggi seperti :
perusahaan, pemerintah, dan militer. Max Weber berpegang pada sebuah
konsep yakni Rasional Legal, di mana konsep ini memberikan penekanan
pada Hak untuk melaksanakan berdasarkan kedudukan yang ditetapkan secara
legal. Struktur tersebut dicirikan dengan adanya pembagian kerja,
sebuah hirarki wewenang yang jelas, prosedur seleksi yang formal,
peraturan yang rinci, serta hubungan yang tidak didasarkan atas hubungan
pribadi (impersonal).
4. Ralph C. Davis dan perencanaan rasional
Davis
mengatakan bahwa tujuan utama sebuah perusahaan adalah pelayanan
ekonomis. Tidak ada perusahaan yang hidup jika tidak dapat memberikan
niai ekonomis. Nilai ekonomis ini dikembangkan melalui aktivitas yang
dilakukan oleh para anggota nya untuk menciptakan produk atau jasa
organisasi.
d. Aliran Neoklasik (Tipe 2)
Aliran
klasik memunculkan banyak pertentangan, dan yang paling menonjol ialah
anggapan aliran klasik bahwa manusia itu tidak berubah dalam berbagai
kondisi organisasi ataupun keadaan bekerja. Namun pada praktiknya, hal
yang muncul justru bertentangan dengan pernyataan tersebut, hingga
akhirnya memunculkan pertanyaan “mengapa orang berperilaku berbeda dalam
setting organisasi yang berbeda?”. Dengan berpegang pada teori
sosiologi dan psikologi sosial, para teoritikus membangun teori kedua
ini.
Para
teoritikus tipe 2 berasumsi dibawah sistem tertutup namun menekankan
hubungan informal dan motivasi–motivasi non ekonomis yang beroperasi
dibawah organisasi. Manajemen dapat merancang hubungan dan peraturan
yang formal dan sebagainya, namun diciptakan pula hubungan status, norma
dan persahabatan informal yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
sosial para anggota organisasi.
Tema
utama diantara para teoritikus tipe 2 adalah pengakuan mengenai sifat
sosial dan organisasi. Teoritikus – teoritikus tersebut, yang sering
kali disebut sebagai yang membentuk aliran hubungan antara manusia
(human relation school).
1. Elton Mayo dan kajian hawthorne
Kajian
Hawthrone dilaksanakan oleh Western Electronic Company pada tahun
1921—1927 dan dilanjutkan pada tahun 1930. Kajian ini mencoba
membuktikan pengaruh penerangan pada produktivitas kerja. Hipotesis
awalnya, cahaya mempengaruhi. Namun hasilnya nihil. Maka ditemukanlah
bahwa factor sosial dan psikologi yang berupa penerimaan kelompok dan
rasa aman adalah hal-hal yang mempengaruhi produktivitas kerja.
Pada
umumnya para ahli manajemen sepakat bahwa kajian hawthrone memberi
dampak dramatis pada arah manajemen dan teori organisasi. Kajian itu
mengantarkan kita ke jaman humanisme organisasi, para manajer selalu
mempertimbangkan akibat terhadap kelompok kerja, sikap pegawai, dan
hubungan para pegawai dan hubungan antara manajemen dan pegawai.
Elton Mayo juga menghasilkan teori perilaku manusia dalam organisasi. Terdapat 8 perilaku yang ia kemukakan :
1. Organisasi adalah sistem sosial disamping sistem teknis-ekonomis.
2. Individu dimotivasi faktor sosial dan psikologis, disamping motif ekonomi.
3. Kelompok kerja informal adalah unit yang perlu mendapat perhatian.
4. Pola kepemimpinan berdasarkan struktur formal kedudukan – perlu pertimbangan faktor psikososial ; lebih demokratis.
5. Kepuasan kerja mempengaruhi produktivitas.
6.
Saluran komunikasi yg efektif hendaknya dikembangkan dalam berbagai
level dalam hirarki. Berguna untuk pertukaran informasi;
pentingnya partisipasi.
7. Manajemen membutuhkan skill sosial yg efektif, disamping skill teknis.
8. Para anggota organisasi digerakkan oleh terpenuhinya kebutuhan sosio-psikologis.
2. Chester BaJ.rnand dan sistem kerja sama
Mempersatukan
pandangan taylor, fayol, dan weber sebagai hasil kajian hawthorne
membawa kita kepada kesimpulan bahwa organisasi merupakan sistem
kerjasama. Chester lebih menekankan aspek psikologis daripada aspek
teknis ekonomis. Ia mencetuskan teori “Organisasi sebagai sistem sosial”
yang merujuk pada kesimpulan yang ia dapatkan dari teori klasik
tersebut. Ia berpikir bahwa Organisasi terdiri dari tugas-tugas yang
harus dipertahankan pada suatu tingkat keseimbangan.
3. Douglas McGregor dan teori X- teori Y
Teori X ada empat asumsi yang dianut oleh para manajer :
a. Para pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan jika mungkin, berusaha menghindarinya.
b.
Kaarena pegawai tidak menyukai pekerjaan, maka mereka harus dipaksa,
dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai
tujuan – tujuan yang akan diinginkan.
c. Para pegawai akan mengelakan tanggungjawab dan dan mencari pengarahan yang formal sepanjang hal itu munkin.
d.
Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman diatas faktor lain berhubungan
dengan pekerjaan dan hanya akan memperlihatkan sedikit
ambisi.
Kebalikan dari pandangan yang negative terhadap manusia McGregor menempatkan asumsi lain yang disebut teori Y.
a. Para pegawai dapat melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang biasa seperti halnya istirahat atau bermain.
b. Manusia akan menentukan arahnya sendiri dan mengendalikan diri, jika mereka merasa terikat kepada tujuan-tujuan.
c. Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, dan juga mencari tanggung jawab.
d.
Kreativitas yaitu, kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan yang
baik tersebar luas pada seluruh populasi dan tidak
selalu merupakan hak yang menduduki fungsi manajerial.
4. Warren Bennis dan Birokrasi
Bennis
mengatakan bahwa pengambilan keputusan pada birokrasi yang
disentralisasi, kepatuhan kepada wewenang, serta pembagian kerja yang
sempit diganti dengan struktur yang desentralisasi dan demokratis yang
diorganisasi disekitar kelompok yang fleksibel. Pengaruh didasakan atas
kekuasaan mulai diganti dengan pengaruh yang berasalkan dari keahlian.
Webber yang beragumentasi bahwa birokrasi adalah organisasi yang ideal
maka Warren Bennis menyatakan yang sebaliknya-kondisi saat ini
menunjukkan bahwa bentuk organisasi ideal yang fleksibel.
5. Abraham Maslow
Ia mengemukakan beberapa hal mengenai tingkat kebutuhan manusia. Yakni
– Kebutuhan fisik (makan, pakaian, tempat tinggal).
– Kebutuhan akan keamanan.
– Kebutuhan sosial (berkumpul dan bergaul).
– Kebutuhan pengembangan diri (berkembang dan berkarya.
– Kebutuhan aktualisasi diri (berbeda dengan manusia lain).
e. Aliran kontingensi / modern (Tipe 3)
Inti dari teori kontingensi ini ialah :
1. Suatu organisasi harus berhubungan dengan lingkungannya.
2.
Organisasi yg efektif adalah jika struktur. organisasinya mampu
menyesuaikan dengan karakteristik lingkungannya.
3. Adaptabilitas dan fleksibilitas dalam proses pengambilan keputusan.
Pada
teoritikus tipe 3, organisasi dilihat sebagai alat untuk mencapai
tujuan. mereka berkonsentrasi pada sasaran, teknologi, dan
ketidakpastian lingkungan sebagai variabel-variabel kontingensi utama
yang menentukan struktur yang tepat yang seharusnya berlaku bagi
organisasi.
1. Herbert Simon dan Serangan Prinsip-Prinsip
Herbert
menyatakan bahwa teori organisasi perlu melebihi prinsip-prinsip yang
dangkal dan terlalu disederhanakan. Bagi suatu kajian mengenai kondisi
yang dibawahnya dapat diterapkan prinsip-prinsip yang simplistik-baik
dalam keragaman mekanistik maupun humanistik.
2. Perspektif Lingkungan dari Katz dan Kahn
Dalam
bukunya, The Social Psychology of Organizations, mereka memberikan
deskripsi yang meyakinkan tentang keunggulan-keunggulan perspektif
sistem terbuka untuk menelaah hubungan yang penting dari sebuah
organisasi dengan lingkungannya, dan perlunya menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah jika mereka ingin bertahan hidup.
3. Kasus Teknologi, James Thompson
James
Thompson menekankan hubungan antara teknologi, lingkungan, dan
struktur, tidak hanya pada organisasi bisnis saja. James Thompson, telah
memberi alasan yang kuat mengenai pentingya teknologi di dalam
menentukan struktur yang sesuai bagi sebuah organisasi. Seperti halnya
di lingkungan tidak ada diskusi pada masa kini mengenai organisasi yang
dapat dikatakan lengkap tanpa memperhitungkan teknologi dan kebutuhan
bagi para manajer untuk memadukan struktur dan teknologi.
4. J. Woodward
Beranjak
dari pengalamannya sendiri, J. Woodward berpendapat bahwa prinsip yang
dibangun aliran klasik kurang berhasil. Maka ia melakukan sebuah studi
mengenai pengaruh teknologi terhadap suatu organisasi. Dari studi itu,
ia menemukan sebuah teori yang mempengaruhi bentuk dari organisasi itu
sendiri. Perbedaan teknologi yang diterapkan oleh suatu organisasi akan
memberikan pengaruh yang sangat besar kepada keahlian manusia. Manusia
dituntut untuk memiliki kelebihan dalam teknologi, yang pada akhirnya
akan memberikan pengaruh kepada perbedaan tuntutan setiap manusia. Dari
perbedaan tuntutan terhadap keahlian manusia ini, akan menimbulkan
perbedaan struktur organisasi yang kemudian akan menentukan ukuran dan
kapasitas dari organisasi itu sendiri di masyarakat.
5. Jay W. Lorsch & Paul R. Lawrence
Menekankan
adanya pengaruh antara lingkungan dengan organisasi. Ia berpendapat
bahwa struktur dari suatu organisasi, harus disesuaikan dengan
lingkungannya karena dari penyesuaian itu, akan memunculkan diferensiasi
(keanekaragaman jenis tugas dan pekerjaan) dan integrasi (koordinasi
internal)
6. Kelompok Aston dan Besaran Organisasi
Selain
para pendukung lingkungan dan teknologi, para teoritikus tipe 3
mencakup mereka yang mendukung besaran (size) organisasi sebagai sebuah
faktor penting yang mempengaruhi struktur.
f. Aliran Post Modern (Tipe 4)
Pada
teoritikus tipe 4, persepektif sosial digunakan kembali, namun dalam
kerangka sistem terbuka. Hasilnya adalah pandangan bahwa struktur
bukanlah merupakan usaha yang rasional dari para manajer untuk
menciptakan struktur yang paling efektif, tetapi merupakan hasil dari
suatu pertarungan politis diantara koalisi-koalisi didalam organisasi
untuk memperoleh kontrol.
1. Batas Kognitif Rasionalitas March dan Simon
March
dan Simon menentang gagasan klasik mengenai keputusan yang rasional dan
optimum, karena dianggapnya keputusan alternatif juga memberi kepuasan
sendiri, dan model yang diperbaiki ini mengakui keterbatasan
rasionalitas pengambilan keputusan
2. Pfeffer Sebagai Arena Politik
Berdasarkan
karya Simon dan March, Pfeffer manciptakan teori organisasi yang
mencakup koalisi kekuasaan, konflik atas tujuan, serta keputusan desain
organisasi yang mendukung kepentingan pribadi dari mereka yang berkuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar